Assalamualaikum wr. wb
Enak sungguh gulai kari
Habiskan nasi banyak banyak
Perkenalkan saya Darmalasari
CGP Angkatan 9 Kab. Siak
Menyeberang Sungai pakai sampan
Sampan bergerak kesana kemari
Untaian Kalimat saya sampaikan
Sebagai bentuk Koneksi Antar Materi
Sebagai bentuk koneksi antar materi, saya akan memaparkan sesuai dengan pertanyaan pemantik yang terdapat pada LMS , yakni
1.Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?
Kesimpulan dari mempelajari pembelajaran sosial dan emosional (PSE) dalam konteks kepemimpinan pembelajaran mencakup perubahan signifikan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap pemimpin. Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat diambil:
1. Peningkatan Pengetahuan
– Pemimpin pembelajaran akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya aspek sosial dan emosional dalam konteks pembelajaran.
– Mengetahui dampak emosi dan hubungan sosial terhadap kinerja siswa dan staf pendidikan.
2. Pengembangan Keterampilan
– Pemimpin pembelajaran akan memperoleh keterampilan dalam memahami dan mengelola emosi, baik pada diri mereka sendiri maupun orang lain.
– Keterampilan dalam membangun hubungan yang kuat dan positif antara siswa, guru, dan anggota staf lainnya.
3. Perubahan Sikap
– Pemimpin pembelajaran akan mengadopsi sikap yang lebih empatik, memahami, dan mendukung terhadap kebutuhan emosional dan sosial anggota komunitas pendidikan.
– Mendorong atmosfer yang inklusif dan mendukung di sekolah, yang memperhatikan kesejahteraan emosional siswa dan staf.
4. Implementasi Praktik Pembelajaran yang Lebih Efektif
– Pemimpin akan menerapkan praktik pembelajaran yang memperhatikan aspek sosial dan emosional siswa, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan emosional positif.
– Menyadari pentingnya pembelajaran kolaboratif dan penerapan metode yang mendorong hubungan sosial positif di antara siswa.
5. Peningkatan Kinerja Siswa dan Staf
– Melalui pemahaman yang ditingkatkan tentang PSE, pemimpin dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan sosial dan emosional siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kinerja akademis.
– Staf pendidikan juga dapat merasakan peningkatan kesejahteraan dan motivasi, karena pemimpin memberikan perhatian terhadap aspek sosial dan emosional dalam lingkungan kerja.
Pemimpin pembelajaran yang memahami dan menerapkan konsep-konsep pembelajaran sosial dan emosional akan memiliki dampak positif yang signifikan pada iklim sekolah, kesejahteraan siswa, dan kinerja pendidikan secara keseluruhan. Kesimpulan ini menegaskan bahwa pemimpin yang berkembang dengan pendekatan holistik terhadap pembelajaran dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih seimbang dan memajukan siswa tidak hanya secara akademis tetapi juga secara emosional dan sosial.
2.Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?
Modul pembelajaran sosial dan emosional memiliki kaitan erat dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, budaya positif, dan pembelajaran berdiferensiasi. Berikut adalah beberapa kaitan antara modul pembelajaran sosial dan emosional dengan unsur-unsur tersebut:
1. **Filosofi Ki Hajar Dewantara:**
Ki Hajar Dewantara menekankan pendidikan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik secara holistik, termasuk aspek sosial dan emosional. Modul pembelajaran sosial dan emosional dapat diintegrasikan dengan pendekatan holistik Ki Hajar Dewantara, menggambarkan komitmen untuk membentuk siswa sebagai individu yang memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang baik.
2. **Nilai dan Peran Guru Penggerak:**
Modul pembelajaran sosial dan emosional memerlukan peran guru sebagai penggerak utama. Guru diharapkan untuk menjadi model peran dalam menunjukkan kemampuan mengelola emosi, berkomunikasi efektif, dan membina hubungan positif. Nilai-nilai seperti kesabaran, empati, dan keadilan menjadi inti dalam praktik guru penggerak yang efektif.
3. **Visi Guru Penggerak:**
Visi guru penggerak yang inklusif dan progresif dapat mencakup prioritas terhadap pengembangan aspek sosial dan emosional siswa. Guru yang memiliki visi ini akan mendukung implementasi modul pembelajaran sosial dan emosional sebagai bagian integral dari pengajaran mereka.
4. **Budaya Positif:**
Modul pembelajaran sosial dan emosional dapat membantu membentuk budaya sekolah yang positif. Guru penggerak, dengan menggunakan modul ini, dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan emosional dan sosial siswa, serta mempromosikan norma-norma positif, seperti saling menghargai dan bekerja sama.
5. **Pembelajaran Berdiferensiasi:**
Integrasi modul pembelajaran sosial dan emosional dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu guru menyesuaikan pendekatan mereka sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan emosional siswa. Pendekatan ini menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih relevan dan bermakna.
Dengan menggabungkan modul pembelajaran sosial dan emosional dengan prinsip-prinsip filosofi Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, budaya positif, dan pembelajaran berdiferensiasi, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan integral siswa dan memajukan pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan.
Refleksi
1.Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa …… sehingga…..
Setelah mempelajari modul ini, ternyata ………….
Setelah mempelajari modul ini, ternyata ………….
Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa aspek sosial dan emosional dalam pendidikan mungkin hanya memainkan peran sekunder, lebih fokus pada aspek akademis. Saya percaya bahwa peningkatan prestasi akademis adalah satu-satunya tolak ukur keberhasilan pendidikan, sehingga kepentingan aspek sosial dan emosional mungkin kurang mendapat perhatian yang layak.
Setelah mempelajari modul ini, ternyata pandangan saya sangat terbukti keliru. Modul ini membuka mata saya terhadap kepentingan yang mendalam dari pembelajaran sosial dan emosional dalam konteks pendidikan. Saya menyadari bahwa aspek ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan emosional siswa, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada keberhasilan akademis mereka. Modul ini membuktikan bahwa pembelajaran tidak hanya tentang fakta dan angka, tetapi juga tentang membentuk individu yang mampu mengelola emosi, berkomunikasi dengan baik, dan membangun hubungan yang positif.
Selain itu, modul ini mengajarkan saya bahwa peran guru sebagai penggerak sangat penting dalam membentuk lingkungan pembelajaran yang kondusif untuk perkembangan sosial dan emosional siswa. Guru bukan hanya penyampai pengetahuan, tetapi juga model peran yang berpengaruh dalam membentuk karakter siswa.
Pemahaman baru ini memberi saya wawasan yang lebih luas tentang makna pendidikan yang komprehensif. Saya sekarang menyadari bahwa keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari hasil ujian, tetapi juga dari kemampuan siswa untuk menghadapi tantangan kehidupan dengan kematangan emosional dan kemampuan sosial yang baik. Modul ini telah membuka pikiran saya terhadap pentingnya menciptakan lingkungan pembelajaran yang seimbang, di mana aspek akademis dan aspek sosial-emotional sama-sama mendapat perhatian dan diintegrasikan dalam setiap tahap pembelajaran.
2.Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:
1. **Dukungan terhadap Kesejahteraan Psikologis:**
– Lingkungan yang aman dan nyaman di sekolah adalah kunci untuk mendukung kesejahteraan psikologis siswa. Siswa yang merasa aman dan nyaman cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah, meningkatkan konsentrasi, dan lebih mudah belajar. Oleh karena itu, pemahaman dan penerapan strategi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan psikologis menjadi hal mendasar. Ini mencakup pendekatan seperti penanganan stres, dukungan emosional, dan memahami kebutuhan individual siswa.
2. **Pentingnya Keterlibatan Orang Tua:**
– Melibatkan orang tua dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman adalah hal yang esensial. Kolaborasi antara sekolah dan orang tua dapat meningkatkan pemahaman terhadap kebutuhan individu siswa dan menciptakan dukungan yang konsisten di antara kedua lingkungan (sekolah dan rumah). Ini dapat mencakup komunikasi terbuka, diskusi mengenai perkembangan siswa, serta penerapan praktik-praktik yang mendukung perkembangan kesejahteraan psikologis dan akademik siswa.
3. **Pembelajaran yang Bersifat Diferensiasi:**
– Memahami kebutuhan belajar yang beragam dari setiap individu adalah kunci untuk meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis. Lingkungan yang aman dan nyaman harus dapat mengakomodasi gaya belajar yang berbeda, tingkat kemampuan yang beragam, dan memahami keunikan setiap siswa. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih relevan, meningkatkan motivasi siswa, dan mendukung pengembangan kompetensi akademik secara maksimal.
Pemahaman dan implementasi tiga aspek di atas akan menciptakan fondasi yang kuat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung baik secara akademis maupun kesejahteraan psikologis. Ketiga elemen ini saling terkait dan saling memperkuat, menciptakan ekosistem pendidikan yang holistik dan inklusif.
3.Berkaitan dengan no 2, perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah bagi murid-murid dan rekan sejawat :
a. Perubahan untuk Murid-Murid:
1. **Implementasi Program Kesejahteraan Psikologis:**
– Menerapkan program kesejahteraan psikologis yang melibatkan kegiatan seperti sesi konseling, meditasi, atau kegiatan lain yang dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional murid-murid. Hal ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan di mana mereka merasa didukung dan dapat mengatasi tekanan dengan lebih baik.
2. **Pembelajaran Berbasis Diferensiasi:**
– Merancang dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada kebutuhan belajar individual. Ini mencakup memahami gaya belajar siswa, memberikan tugas yang dapat diakses oleh semua tingkat kemampuan, dan memberikan dukungan tambahan bagi siswa yang membutuhkannya. Dengan demikian, diharapkan akan meningkatkan kompetensi akademik dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
3. **Pengembangan Program Partisipasi Orang Tua:**
– Membangun program yang mendorong partisipasi orang tua dalam mendukung kesejahteraan anak-anak di rumah. Ini dapat melibatkan workshop, pertemuan rutin, atau platform online untuk berbagi informasi dan mendiskusikan pendekatan bersama dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif.
b. Perubahan untuk Rekan Sejawat:
1. **Pelatihan Keterampilan Kesejahteraan Psikologis:**
– Menyelenggarakan pelatihan bagi rekan sejawat mengenai keterampilan manajemen stres, teknik konseling ringan, dan cara mendukung kesejahteraan psikologis siswa. Hal ini bertujuan agar rekan sejawat dapat menjadi sumber dukungan yang efektif bagi murid-murid dan saling mendukung satu sama lain.
2. **Kolaborasi dalam Pembelajaran Berdiferensiasi:**
– Mendorong kolaborasi antar guru untuk merancang dan melaksanakan strategi pembelajaran berdiferensiasi. Berbagi pengalaman dan sumber daya, serta mendukung satu sama lain dalam menghadapi tantangan yang mungkin muncul, dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.
3. **Pengembangan Tim Dukungan Kesejahteraan:**
– Membentuk tim khusus yang fokus pada dukungan kesejahteraan siswa dan rekan sejawat. Tim ini dapat memberikan saran, menyelenggarakan kegiatan, dan berfungsi sebagai saluran komunikasi terbuka untuk mengatasi permasalahan kesejahteraan psikologis di sekolah.
Melalui perubahan ini, diharapkan bahwa kelas dan sekolah akan menjadi lingkungan yang lebih mendukung, tidak hanya untuk perkembangan akademis tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis seluruh individu yang terlibat dalam proses pendidikan.